Sabtu, 09 Desember 2017

Galeri Kegiatan PORTAL di Tahun 2017

Tidak terasa tahun 2017 sebentar lagi akan meninggalkan kita, dan 2018 sudah didepan mata. ada banyak kegiatan yang telah kita perbuat dan lakukan selama kurun waktu 2017. sebagai bahan kenang-kenangan dan juga sebagai bahan intropeksi, maka PORTAL mempersembahkan sedikit dokumentasi kegiatan selama tahun 2017 ini, diantaranya didominasi oleh kegiatan Pendakian Gunung. Berikut dokumentasinya Guyss !!!


1. Pendakian Gunung Nokilalaki 2355M, Sigi. 28 Januari 2017





2.   Latihan Orientasi 23 April 2017



3.   Air Terjun Desa Karuni, Palolo. 25 Mei 2017




4.   Air Terjun Gunung Potong. 7 Juni 2017





5. Telaga Tambing 27 Mei 2017





6. Pendakian Gunung Rinjani. 17 Agustus 2017





7. Eksplore Pantai Pusat Laut. 21 September 2017





8. Eksplore pantai Kaluku, donggala. 21 September 2017





9. Pendakian Gunung Rore Kautimbu, Poso. 28 September 2017




Masih banyak kegiatan-kegiatan individu PORTAL yang tidak sempat terdokumentasikan, yang diatas merupakan kegiatan kelompok dari PORTAL dan tentunya tidak hanya berakhir sampai disini saja, masih banyak agenda kegiatan yang akan PORTAL lakukan di masa mendatang atau di 2018 mendatang. diantaranya Pendakian Gunung Katopasa, Ekspedisi Buka Jalur gunung di pedalaman Ampana tete, sampai Rencana Pendakian salah satu 7 atap nusantara. mohon doa dan dukungannya semua, sekian dan selamat Tahun Baru 2018. Salam Lestari. PORTAL JAYA !!!

Sabtu, 30 September 2017

Pendakian Rore Kautimbu “ Pembelajaran dari Rimba Lore”

Gunung Rore Kautimbu adalah salah satu gunung yang ada diwilayah Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Gunung dengan tinggi 2400 MDPL ini berada dalam kawasan taman Nasional Lore Lindu dan tidak begitu jauh dari kawasan wisata Tambing yaitu telaga yang sangat terkenal dikalangan anak muda Palu. Pada masa rawan Terorisme, gunung ini sangatlah berbahaya untuk didaki, karena merupakan tempat persembunyian dan pelarian kelompok radikal yang saat itu dipimpin oleh Santoso dan kawan-kawan, hingga gunung ini mulai tahun 2014 resmi tertutup terhadap aktivitas apapun apalagi pendakian, hingga barak TNI pun dibangun di kawasan gunung ini demi menjaga keamanan dan mengejar para Teroris tersebut. Berdasarkan observasi langsung, kami telah mencoba beberapa kali meminta izin mendaki ke gunung ini kepada petugas TNLL di Tambing, namun mereka tetap tidak mengizinkan pendaki memasuki area gunung yang terkenal dengan Cold Peak-nya itu atau biasa disebut Puncak Dingin. Hingga akhirnya pada September 2017, tiga mahasiswa Untad dari PJKR, yang terdiri dari Afrizal Hermanto, Indra Hermawan dan Fakhrur Roziq akhirnya Nekat mendaki ke gunung ini tanpa meminta izin dari petugas karena izin itu tidak akan diperoleh mengingat rawannya daerah Lore Utara tersebut. Berikut hasil review pendakian mereka yang sebut sebagai “ One day One Peak“, karena dilakukan dalam satu hari saja mengingat bahayanya daerah tersebut yang tentu saja tidak untuk ditiru karena pada pendakian izinlah yang paling utama demi keamanan dan kelancaran.



Pos 1
Pos 1 disini adalah jalan Trans Palu-Napu atau biasa juga pendaki menjadikan Tambing sebagai pos 1 karena memang tambing tidak jauh dari gerbang pendakian gunung ini. Pos ini terletak pada 01o19’24.” S, 120o18’23 E diketinggian 1699 Mdpl. Pintu masuk pendakian ini terletak disebelah kiri jika kita dari arah Palu menuju Tambing dan terdapat papan informasi jalur pendakian serta tong sampah dipinggirnya. 

Peta Jalur Pendakian Rore Kautimbu

Tim tiba ditempat ini pukul 11.00, dan mulai mendaki. Jalur menuju pos 2 sangatlah jelas, bahkan sebenarnya dapat dilalui sepeda motor tipe trail karena jalur cukup lebar dan sedikit berbatu walaupun jalur dominan tanjakan panjang dan berkelok. Keadaan jalur cukup teduh cenderung gelap oleh rimbunnya pepohonan sehingga menimbulkan kesan sedikit menyeramkan.

Pos 2 Helipad
Setelah berjalan sekitar 2 jam maka kita akan sampai pada sebuah tempat terbuka seluas sebuah lapangan sepak bola inilah pos 2 atau biasa disebut Helipad, karena disini ternyata pernah digunakan sebagai tempat pendaratan helicopter ditandai dengan terdapatnya lantai lantai semen. 


Pos 2 Helipad
Pos ini terletak pada 01o18’33,9” S, 120o18’33” E di ketinggian 2022 Mdpl. Pada pos ini terdapat sumber air berupa pancuran air yang melimpah, terletak 20 meter sebelah kiri jalur menuju puncak dingin. Pos ini dapat menampung banyak tenda mengingat tempat ini cukup luas dan datar. Setelah mengisi persedian air tim kemudian melanjutkan perjalanan. Jalur menuju pos Puncak dingin masih sama berupa jalan berbatu namun kali ini jalur lebih landai karena melewati punggungan gunung hanya sesekali terdapat tanjakan namun tidak panjang.

Puncak Dingin (Cold Peak)
Dan setelah kurang lebih 2 jam berjalan maka kita akan sampai pada sebuah bukit datar yang sedikit terbuka dari sini akan terlihat pemandangan lebatnya hutan lore utara yang seolah tak mengizinkan sinar mentari untuk masuk kecelahnya, inilah Puncak Dingin. Puncak Dingin ini terletak pada 01o17’08” S, 120o18’36,2” E dan berada pada ketinggian 2309 Mdpl. Disinilah biasanya pendaki mendirikan tenda untuk menginap sebelum Summit. Pos ini dapat menampung lebih dari 10 tenda pendaki dan menurut info dari papan informasi disini terdapat sumber air, namun tim tidak menemukan sumber air disekitar pos ini, atau mungkin sumber air telah mengering. Pada saat tim tiba ditempat ini gerimis mulai turun sehingga tim harus memasang flysheet untuk berlindung sementara menunggu gerimis reda untuk selanjutnya menuju puncak.

Puncak Dingin

Puncak Gunung Rore Kautimbu
Setelah gerimis berhenti tim akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendakian menuju puncak walaupun jam telah menunjukkan hampir pukul 15:00. Jalur menuju puncak melewati rimbunnya pepohonan yang telah diselimuti lumut, udara yang terasa cukup dingin. 

Istana Lumut nan Sejuk

Kondisi jalur dominan tanjakan tanjakan pendek dan sedikit menuruni bukit, tetap perhatikan tanda ikatan tali pada ranting pohon sepanjang jalur agar tetap pada jalur. Setelah berjalan sekitar 1,5 jam sampailah kita pada puncak gunung Rore Kautimbu 2400 Mdpl yang ditandai dengan sebuah balok kayu yang di cor yang bertuliskan “GN. RORE KAUTIMBU 2400M, KPA CERPALA 17 8 98” dan juga terdapat beberapa plakat kayu penanda puncak yang dibuat oleh beberapa MPA dan KPA setempat. 

Tugu Tranggulasi Rore Kautimbu
Puncak ini terletak pada 01o16’33,7” S, 120o18’34,5” E.  Ada beberapa Versi mengenai ketinggian puncak gunung ini, dari tugu Tranggulasi menunjukkan ketinggian 2400 Mdpl, namun jika kita melihat peta jalur yang dibuat oleh Balai Taman Nasional Lore Lindu pada 2013 disitu terlulis bahwa tinggi Puncak gunung ini adalah 2518 Mdpl serta menurut Google Earth adalah 2510 Mdpl.


Bersama di Puncak
Makan Siang di Puncak
Setelah makan dan dokumentasi tim memutuskan untuk turun, mengingat waktu telah menunjukkan pukul 16:30 ditambah lagi tim tidak akan bermalam. Pada perjalan turun dari puncak salah satu anggota tim yaitu Afrizal sempat tersesat dimana ketika itu ia berjalan didepan namun semakin lama ia semakin cepat berjalan hingga terpisah dengan tim. Menyangka bahwa ia telah turun duluan, temannya pun segera melipat tenda dan segera turun menuju pos 2 ternyata afrizal masih jauh didalam hutan lore. Melihat ada yang tidak beres, tim memutuskan menunggu 20 menit ditengah perjalanan turun menuju pos 2. Ditengah ketakutan tim mendengar teriakan afrizal dan langsung membalas teriakannya dan benar saja ternyata terlihat afrizal tengah berlari dengan wajah pucat pasi. Sambil berjalan afrizal menceritakan bagaimana ia bisa tersesat, ia terlalu cepat berjalan bahkan sampai lari saat turun dari puncak sehingga tanpa ia sadari bahwa ia sudah tidak dijalur lagi, merasa dirinya tersesat ia kemudian menenangkan diri kemudian ia kembali kearah ia turun tadi dan kemudian kembali melihat tanda dari ikatan tali dan mengikuti kembali jalur tersebut sampai ia terus berlari mengejar tim yang lainnya dan akhirnya menemukannya kembali, sungguh sebuah kejadian yang tidak di sangka terjadi ditengah rimba Lore dan Hari yang mulai senja. Dengan tetap berjalan tim tidak sadar bahwa hari sudah gelap, sungguh malam ditengah jalur gunung ini bukanlah hal yang bagus, mengingat cahaya satu satunya hanya dari sebuah senter HP ditambah perjalanan masih jauh, suara binatang malam ditengah rimba Lore, ditambah semua cerita tentang gunung ini memenuhi dada serta kepala menemani langkah tim yang mulai lelah, dengan tetap berdoa dan bersama akhirnya tim sampai dipinggir jalan Trans pukul 19:00 dan langsung tancap Gas pulang menuju palu. Demikianlah sedikit kisah pendakian Gunung Rore Kautimbu yang semoga dapat menjadi pembelajaran, menjadi sumber acuan dan tentunya menjadi kenangan bagi kita semua, Wassalam…

Berikut beberapa hal yang dapat kami sampaikan berdasarkan perjalanan ini
1.      Gunung Rore Kautimbu sudah aman oleh aktivitas pendakian, namun tetap meminta izin terlebih dahulu pada petugas.
2.      Dari jalan raya dapat menggunakan sepeda motor hingga Puncak dingin
3.      Ketinggian Rore Kautimbu lebih dari 2400 mdpl
4.      Berjalan malam digunung ini bukan pilihan yang baik
5.      Jaket sangat diperlukan digunung ini

6.      Jangan pernah terpisah dari kelompok

Berikut Anggota Tim PJKR Rore Kautimbu Kali Ini


Indra Hermawan 
Fakhrur Roziq 
Afrizal Hermanto 


















Senin, 20 Maret 2017

Pendakian Gunung Gawalise 2016 “Ketika Alam yang Membuktikan”






Gunung Gawalise adalah nama gunung di Sulawesi Tengah. Gunung ini terletak disisi barat kota Palu. Gunung Gawalise mempunyai ketinggian kurang lebih 2023 mdpl merupakan gunung yang jalurnya bisa dikatakan ekstrem di daerah Kota Palu, walaupun hanya mempunyai ketinggian di atas 2000 tetapi gunung ini didaki mulai dari titik 0 mdpl. Gunung yang terletak dibagian barat Kota Palu ini sering dikunjungi oleh para pendaki yang ingin menghabiskan waktu liburnya (weekend), karena jaraknya yang sangat berdekatan dengan Kota Palu. Gunung yang didiami oleh suku Kaili Da’a ini banyak menawarkan pemandangan eksotik lembah Palu, selain kita bisa melihat secara keseluruhan daerah Kota Palu.

Gunung yang sangat indah jika dipandangi dari Universitas Tadulako ini, menjadi Gunung favorit pendaki karena selain dekat dari kota palu, digunung ini terdapat sebuah spot yang oleh para pendaki disebut batu gantung. Batu gantung merupakan sekumpulan batu raksasa yang berada dibibir jurang dijalur menuju puncak gawalise tepatnya berada diketinggian sekitar kurang lebih 1800 Mdpl. Dari batu gantung ini pemandangan kota palu beserta teluknya yang berkilau diterpa sinar mentari dan sungai palu yang meliuk bak jejak ular raksasa yang mengalir dari lembah sigi hingga teluk palu sangat jelas terlihat dari spot ini. Tidak hanya itu, pada saat mentari tenggelam, pemandangan kota palu semakin spektakuler dimana dalam gelapnya dunia, kota palu pada malam hari dari spot ini terlihat bak “Mutiara Tersembunyi” yang bersinar berkelap kelip ditengah gelapnya lembah palu, sehingga banyak pendaki menghabiskan malam mereka disini. Untuk itu pada kali ini tim dari Mahasiswa Pendidikan Olahraga akan mencoba membuktikan semua itu dengan melakukan pendakian Gunung Gawalise pada pertengahan November 2016.

Jam di dinding beton itu telah menunjukkan pukul 23:00 Wita. Saat tim mulai menyiapkan makanan untuk pendakian yang akan dimulai besok pagi. Tempe goreng saos pedas pun jadi andalan saat tim ini melakukan pendakian, entah karena enak atau karena murah, yang pasti menu itu selalu ada dalam daftar bekal tim. Tepat pukul 04:30 tim bangun setelah hanya beberapa jam memejamkan mata, langsung tim bergegas menuju masjid yang hanya hitungan langkah dari kediaman Janggo di perdos untad. Pada pukul 06:00 Tim yang terdiri dari Rizaldi, Rozik, Ali, Risno, Rahmat dan Indra ini mulai bergerak menuju dusun II desa kalora yang berada diatas kelurahan kabonena dengan menggunakan beberapa sepeda motor berbagai merek. Dari sinilah perjalanan sebenarnya akan dimulai. Check This Out,hahaha !!

Pos 1 dusun II kalora.
Dusun ini terletak didesa kalora kecamatan Kinovaro kebupaten sigi, walupun desa ini lebih dekat ke kota palu ternyata desa ini bagian dari kabupaten sigi lho. Dari desa ini saja pemandangan kota palu sudah terlihat karena memang desa ini terletak di kaki gunung gawalise yang memang menjadi pengapit lembah palu. Desa ini didiami oleh etnik suku kaili da’a. yang dipimpin oleh seorang kepala desa. Titik start pendakian dimulai dari sebuah masjid yang berada didusun ini, dimasjid ini juga kita dapat memarkirkan kendaraan kita dan jangan lupa untuk dikunci. 




 











Tim sampai di dusun ini pukul 06:20 dan langsung memulai pendakian setelah menyiapkan semua peralatan. Pada pos ini air sangat melimpah, terdapat sebuah pancuran besar air gunung yang sejuk dan segar disebelah kiri jalur menuju pos 2. Kondisi jalur menuju pos 2 akan melewati beberapa kebun warga, kondisi jalan yang terus menanjak dan berbatu serta memiliki kemiringan yang lumayan ekstrim yang membuat kita langsung teringat akan Kasur kita yang nyaman dirumah. Terbukti salah satu anggota tim muntah kuning, mungkin karena tidak biasa. Akhirnya tim memberikan sepotong roti dan memberinya air, benar-benar tanjakan yang melelahkan. Bagaimana tidak, jalur menanjak yang sangat panjang ini jarang terdapat tempat landai ditambah sengatan matahari pagi yang cukup membuat keringat keluar lebih awal, dan belum lagi rerumputan ilalang dan tumbuhan berduri mengiris –iris lengan, untuk itu sangat disarankan mengenakan baju berlengan panjang saat melewati jalur ini. Setelah berjalan kurang lebih selama 4 jam sampailah tim  dipos 2 pada pukul 10:30 yang ditandai dengan sebuah tempat datar yang lumayan luas dibawah rimbunnya pohon bambu.
Keterangan Pos 1 Kalora
-          Titik Koordinat           : 0o 52’48.33”S 119o49’05.44”E
-          Ketinggian                  : ±230 Mdpl
-          Sumber air                   : Pancuran air deras



Pos 2 bambu bambu
Pada pos 2 ini kita dapat beristirahat atau bahkan menginap. Tim hanya beristirahat sejenak disini karena tim berencana untuk menginap dipos 3 atau batu gantung. Tempatnya yang teduh, rindang dan tenang di selingi dengan angin sepoi-sepoi ditambah pemandangan kota palu dibalik semak belukar setinggi kepala, benar benar sebuah tempat yang tentram nan menyenangkan hati. 



 


Pada pos ini terdapat sebuah sumber air berupa pipa air gunung yang berada kurang lebih 100m sebelum pos ini, tepatnya di kebun kebun cokelat warga. Kita harus mengisi persediaan air kita disini karena ini sumber air terakhir di jalur ini. Untuk itu sangat disarankan membawa jerigen air minimal 2 orang 1 jerigen. Untuk menuju pos 3 jalur yang kita lewati masih sama seperti sebelumnya, menanjak hingga kita sampai di sebuah ladang padi gunung yang milik warga yang dikenal dengan nama Mangge sepe. Selanjutnya jalur lumayan landai karena melewati punggungan gunung memasuki hutan rimba. Setelah masuk dalam hutan rimba nan lebat, jalur kembali menanjak dan semakin parahh sehingga sering dijuluki “tanjakan Stress”. Setelah berjalan sekitar 3 jam, pukul 15:20 sampailah tim di sebuah tempat datar yang tidak begitu luas yang ditandai dengan sebuah pohon mangga yang telah dipenuhi oleh lumut, inilah pos 3. Kita dapat beristirahat atau menginap di pos ini.
Keterangan Pos 2 Bambu-Bambu
-          Titik Koordinat           : 0o53’06.18” S 119o48’11.28”E
-          Ketinggian                  : ± 820 Mdpl
-          Sumber air                   : Pipa Air gunung Warga

Pos 3 Pohon Mangga
Pos 3 ini berada ditengah rimba dengan vegetasi hutan rapat yang mulai berlumut. Sebelum sampai dipos 3 ini, tim kembali mengalami masalah, dimana salah satu anggota mengalami cidera kaki, dimana sebelah kakinya terkilir dan tim harus membatalkan niat untuk menginap di Batu gantung dan memutuskan untuk mendirikan tenda disini, ditengah hutan rapat. 



 

Tidak heran jika ditempat ini udaranya terasa sejuk bahkan jika mulai sore udara disini bisa sangat dingin. Malam dipos ini bisa jadi sebuah malam yang mencekam bagaimana tidak, gelap gulita ditengah rimba yang dingin ditambah suara alam, suara hutan dan suara binatang malam seolah tepat berada disisi kita, bunyi deritan pohon bambu yang bergesekan menambah dinginnya suasana, namun dengan tawa dan candaan anggota tim membuat itu semua tidak begitu diperdulikan lagi. Perjalanan selanjutnya menuju batu gantung. Perjalanan menuju batu gantung dimulai pukul 06:50, dari sini tim terbagi dua karena sebagian memutuskan untuk tinggal dipos ini tidak melanjutkan pendakian dikarenakan sesuatu dan lain hal, cukup kecewa namun pendakian tetap harus berlanjut, alhasil tinggallah 2 orang yang melanjutkan perjalanan yaitu Indra dan rizaldi. 





Jalur menuju batu gantung tetap seperti biasa dimana tanjakan tetap mendominasi, namun disini tidak terlalu memakan tenaga karena kita berjalan ditengah hutan berlumut dan berudara dingin, sehingga kita tidak terlalu dehidrasi. Setelah menelusuri hutan rapat kita akan keluar menuju jalur alang alang yang terbuka dari sini pemandangan kota palu mulai terlihat samar samar diantara alang alang setinggi kepala. Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, sampailah kita di sebuah tempat yang banyak terdapat batu raksasa yang menjulang tinggi melewati alang alang, kita telah sampai di batu gantung.
Keterangan Pos 3 Pohon Mangga
-          Titik Koordinat           : -
-          Ketinggian                  : -
-          Sumber air                   : Tidak ada

Batu gantung
Dibatu gantung terdapat sebuah tempat datar dipinggiran menuju hutan rimba, tempat ini tempat para pendaki untuk mendirikan tenda dan menginap. Sungguh dari sini pemandangan kota palu sangat indah dan terbuka, namun jika tidak berawan, karena apabila mulai sore hari biasanya bagian puncak gawalise tertutup oleh awan. Dari sini sangatlah indah jika kita berfoto berlatar pemandangan kota palu yang indah. 




 

Dari sini kita tinggal selangkah lagi menuju puncak gawalise. Kami hanya sebentar menikmati pemandangan disini karena harus melanjutkan menuju puncak, kami menargetkan agar dapat kembali saat masih terang, karena tim tidak membawa senter. Jalur menuju puncak tetap menanjak namun tidak se ekstrim jalur sebelumnya. Kondisi jalur melewati hutan rapat yang berlumut dan udara yang menusuk tulang, kabut menghalangi pandangan kita, namun tenang saja penanda jalur atau stingline masih cukup jelas terlihat dibeberapa batang pohon. 


Setelah berjalan kurang lebih 1.5 jam sampailah kita disebuah tugu, yaitu tugu tranggulasi yang menandakan tempat tertinggi gunung gawalise.

Puncak gawalise
Pukul 09:15 sampailah kami di puncak Gunung gawalise. Puncak gawalise ditandai dengan sebuah tugu tranggulasi yang mulai rapuh, walaupun tugu ini terbuat dari beton, namun kondisi udara yang sangat dingin dan berada pada ketinggian diatas 2000mdpl membuat tugu ini ditumbuhi lumut disebagian sisinya yang membuat tugu ini semakin indah, walaupun bagian belakang tugu ini telah keropos. 



Pada tugu ini terdapat tulisan “GN. Gawalise 2023 M, Cerpala 98” berarti tugu ini telah berdiri sejak tahun 1998. Luar biasaa !! 

tidak jauh dari tugu terdapat sebuah penampungan air yang terbuat dari bagian pesawat yang jatuh digunung ini pada 18 Juni 1994 silam. Dengan adanya penampung air ini sangat membantu untuk menambah persediaan air kita. Air dipenampungan tersebut dipenuhi lumut, dedaunan, jentik nyamuk namun tetap jernih dan dingin tentunya, untuk meminumnya kami menyaring menggunakan scraft. Setelah puas menikmati puncak dan sedikit dokumentasi kami memutuskan untuk segera turun karena kabut mulai menutupi puncak.
Keterangan Puncak Gawalise:
-          Titik Koordinat           : 0o54’03.12”S 119o46’22.96”E
-          Ketinggian                  : ± 2023 Mdpl
-          Sumber air                   : Bak Kecil Penampung air








Pukul 10:05 kami mulai melangkahkan kaki turun, langkah kaki terasa ringan, mungkin karena perasaan puas dapat mencapai puncak Gunung ini membuat semangat kembali membara. Tepat pukul 11:20 sampailah kami di pos 3. Ternyata kami telah ditinggal oleh tim lain yang ternyata telah pulang lebih dulu. Tepat pukul 13:00 kami sampai dipos 2. Dipos ini terlihat jejak teman kami yang masih basah, kami merasa bahwa mereka tidak begitu jauh didepan kami. Terbukti ketika kami sampai di Dusun II kalora kami mendapati mereka sementara membersihkan diri. Setelah sedikit bercerita tentang puncak, barulah mereka sadar bahwa keputusan mereka untuk tidak lanjut tadi pagi adalah hal bodoh yang pernah mereka lakukan.  Namun, yahh inilah pendakian, sebuah perjalanan yang tidak hanya sekedar perjalanan namun juga melatih mental dan fisik menghadapi situasi yang sangat tidak terduga, dimana watak asli seseorang mingkin akan keluar saat seperti ini, terbukti !! Namun keluhan mereka segera terhenti ketika Seorang anggota Bernama Indra Berkata memecah keluhan mereka “sudah, semoga ini tidak menjadi pembeda antara kita, puncak dan belum puncak hanyalah soal waktu, semoga ini membuat persahabatan kita semakin kuat. Next time kita muncak lagi. Dan mungkin bulan depan kita summit ke Nokilalaki”. Seketika senyum merekah dibibir mereka dan langsung menyetujui ajakan tersebut. Setelah sedikit beristirahat tim akhirnya balik kembali ke perdos dan menyiapkan diri untuk kembali ke rutinitas masing-masing. Demikian review pendakian Gunung Gawalise oleh tim Mahasiswa Pendidikan Olahraga . Keep calm and SALAM LESTARI !!!