Gunung Gawalise adalah nama
gunung
di
Sulawesi Tengah. Gunung ini terletak disisi
barat kota Palu. Gunung Gawalise mempunyai ketinggian kurang lebih 2023
mdpl merupakan gunung yang
jalurnya bisa dikatakan ekstrem di daerah Kota Palu, walaupun hanya mempunyai
ketinggian di atas 2000 tetapi gunung ini didaki mulai dari titik 0 mdpl.
Gunung yang terletak dibagian barat Kota Palu ini sering dikunjungi oleh para
pendaki yang ingin menghabiskan waktu liburnya (weekend), karena jaraknya yang
sangat berdekatan dengan Kota Palu. Gunung yang didiami oleh suku Kaili Da’a
ini banyak menawarkan pemandangan eksotik lembah Palu, selain kita bisa melihat
secara keseluruhan daerah Kota Palu.
Gunung
yang sangat indah jika dipandangi dari Universitas Tadulako ini, menjadi Gunung
favorit pendaki karena selain dekat dari kota palu, digunung ini terdapat
sebuah spot yang oleh para pendaki disebut batu gantung. Batu gantung merupakan
sekumpulan batu raksasa yang berada dibibir jurang dijalur menuju puncak gawalise
tepatnya berada diketinggian sekitar kurang lebih 1800 Mdpl. Dari batu gantung
ini pemandangan kota palu beserta teluknya yang berkilau diterpa sinar mentari
dan sungai palu yang meliuk bak jejak ular raksasa yang mengalir dari lembah
sigi hingga teluk palu sangat jelas terlihat dari spot ini. Tidak hanya itu,
pada saat mentari tenggelam, pemandangan kota palu semakin spektakuler dimana
dalam gelapnya dunia, kota palu pada malam hari dari spot ini terlihat bak
“Mutiara Tersembunyi” yang bersinar berkelap kelip ditengah gelapnya lembah
palu, sehingga banyak pendaki menghabiskan malam mereka disini. Untuk itu pada
kali ini tim dari Mahasiswa Pendidikan Olahraga akan mencoba
membuktikan semua itu dengan melakukan pendakian Gunung Gawalise pada
pertengahan November 2016.
Jam
di dinding beton itu telah menunjukkan pukul 23:00 Wita. Saat tim mulai
menyiapkan makanan untuk pendakian yang akan dimulai besok pagi. Tempe goreng
saos pedas pun jadi andalan saat tim ini melakukan pendakian, entah karena enak
atau karena murah, yang pasti menu itu selalu ada dalam daftar bekal tim. Tepat
pukul 04:30 tim bangun setelah hanya beberapa jam memejamkan mata, langsung tim
bergegas menuju masjid yang hanya hitungan langkah dari kediaman Janggo di
perdos untad. Pada pukul 06:00 Tim yang terdiri dari Rizaldi, Rozik, Ali,
Risno, Rahmat dan Indra ini mulai bergerak menuju dusun II desa kalora yang
berada diatas kelurahan kabonena dengan menggunakan beberapa sepeda motor
berbagai merek. Dari sinilah perjalanan sebenarnya akan dimulai. Check This
Out,hahaha !!
Pos 1 dusun II kalora.
Dusun
ini terletak didesa kalora kecamatan Kinovaro kebupaten sigi, walupun desa ini
lebih dekat ke kota palu ternyata desa ini bagian dari kabupaten sigi lho. Dari
desa ini saja pemandangan kota palu sudah terlihat karena memang desa ini
terletak di kaki gunung gawalise yang memang menjadi pengapit lembah palu. Desa
ini didiami oleh etnik suku kaili da’a. yang dipimpin oleh seorang kepala desa.
Titik start pendakian dimulai dari sebuah masjid yang berada didusun ini,
dimasjid ini juga kita dapat memarkirkan kendaraan kita dan jangan lupa untuk
dikunci.

Tim sampai di dusun ini pukul 06:20 dan langsung memulai pendakian
setelah menyiapkan semua peralatan. Pada pos ini air sangat melimpah, terdapat
sebuah pancuran besar air gunung yang sejuk dan segar disebelah kiri jalur
menuju pos 2. Kondisi jalur menuju pos 2 akan melewati beberapa kebun warga,
kondisi jalan yang terus menanjak dan berbatu serta memiliki kemiringan yang
lumayan ekstrim yang membuat kita langsung teringat akan Kasur kita yang nyaman
dirumah. Terbukti salah satu anggota tim muntah kuning, mungkin karena tidak
biasa. Akhirnya tim memberikan sepotong roti dan memberinya air, benar-benar
tanjakan yang melelahkan. Bagaimana tidak, jalur menanjak yang sangat panjang
ini jarang terdapat tempat landai ditambah sengatan matahari pagi yang cukup
membuat keringat keluar lebih awal, dan belum lagi rerumputan ilalang dan
tumbuhan berduri mengiris –iris lengan, untuk itu sangat disarankan mengenakan
baju berlengan panjang saat melewati jalur ini. Setelah berjalan kurang lebih
selama 4 jam sampailah tim dipos 2 pada
pukul 10:30 yang ditandai dengan sebuah tempat datar yang lumayan luas dibawah
rimbunnya pohon bambu.
Keterangan
Pos 1 Kalora
-
Titik Koordinat : 0o 52’48.33”S 119o49’05.44”E
-
Ketinggian : ±230 Mdpl
-
Sumber air : Pancuran air deras
Pos 2 bambu bambu
Pada
pos 2 ini kita dapat beristirahat atau bahkan menginap. Tim hanya beristirahat
sejenak disini karena tim berencana untuk menginap dipos 3 atau batu gantung. Tempatnya
yang teduh, rindang dan tenang di selingi dengan angin sepoi-sepoi ditambah
pemandangan kota palu dibalik semak belukar setinggi kepala, benar benar sebuah
tempat yang tentram nan menyenangkan hati.


Pada pos ini terdapat sebuah sumber
air berupa pipa air gunung yang berada kurang lebih 100m sebelum pos ini,
tepatnya di kebun kebun cokelat warga. Kita harus mengisi persediaan air kita
disini karena ini sumber air terakhir di jalur ini. Untuk itu sangat disarankan
membawa jerigen air minimal 2 orang 1 jerigen. Untuk menuju pos 3 jalur yang
kita lewati masih sama seperti sebelumnya, menanjak hingga kita sampai di
sebuah ladang padi gunung yang milik warga yang dikenal dengan nama Mangge
sepe. Selanjutnya jalur lumayan landai karena melewati punggungan gunung
memasuki hutan rimba. Setelah masuk dalam hutan rimba nan lebat, jalur kembali
menanjak dan semakin parahh sehingga sering dijuluki “tanjakan Stress”. Setelah
berjalan sekitar 3 jam, pukul 15:20 sampailah tim di sebuah tempat datar yang
tidak begitu luas yang ditandai dengan sebuah pohon mangga yang telah dipenuhi
oleh lumut, inilah pos 3. Kita dapat beristirahat atau menginap di pos ini.
Keterangan
Pos 2 Bambu-Bambu
-
Titik Koordinat : 0o53’06.18” S 119o48’11.28”E
-
Ketinggian : ± 820 Mdpl
-
Sumber air : Pipa Air gunung Warga
Pos 3 Pohon Mangga
Pos
3 ini berada ditengah rimba dengan vegetasi hutan rapat yang mulai berlumut. Sebelum
sampai dipos 3 ini, tim kembali mengalami masalah, dimana salah satu anggota
mengalami cidera kaki, dimana sebelah kakinya terkilir dan tim harus
membatalkan niat untuk menginap di Batu gantung dan memutuskan untuk mendirikan
tenda disini, ditengah hutan rapat.

Tidak heran jika ditempat ini udaranya
terasa sejuk bahkan jika mulai sore udara disini bisa sangat dingin. Malam
dipos ini bisa jadi sebuah malam yang mencekam bagaimana tidak, gelap gulita
ditengah rimba yang dingin ditambah suara alam, suara hutan dan suara binatang
malam seolah tepat berada disisi kita, bunyi deritan pohon bambu yang
bergesekan menambah dinginnya suasana, namun dengan tawa dan candaan anggota
tim membuat itu semua tidak begitu diperdulikan lagi. Perjalanan selanjutnya
menuju batu gantung. Perjalanan menuju batu gantung dimulai pukul 06:50, dari
sini tim terbagi dua karena sebagian memutuskan untuk tinggal dipos ini tidak
melanjutkan pendakian dikarenakan sesuatu dan lain hal, cukup kecewa namun
pendakian tetap harus berlanjut, alhasil tinggallah 2 orang yang melanjutkan
perjalanan yaitu Indra dan rizaldi.

Jalur menuju batu gantung tetap seperti
biasa dimana tanjakan tetap mendominasi, namun disini tidak terlalu memakan
tenaga karena kita berjalan ditengah hutan berlumut dan berudara dingin,
sehingga kita tidak terlalu dehidrasi. Setelah menelusuri hutan rapat kita akan
keluar menuju jalur alang alang yang terbuka dari sini pemandangan kota palu
mulai terlihat samar samar diantara alang alang setinggi kepala. Setelah
berjalan kurang lebih 1 jam, sampailah kita di sebuah tempat yang banyak
terdapat batu raksasa yang menjulang tinggi melewati alang alang, kita telah
sampai di batu gantung.
Keterangan
Pos 3 Pohon Mangga
-
Titik Koordinat : -
-
Ketinggian : -
-
Sumber air : Tidak ada
Batu gantung
Dibatu
gantung terdapat sebuah tempat datar dipinggiran menuju hutan rimba, tempat ini
tempat para pendaki untuk mendirikan tenda dan menginap. Sungguh dari sini
pemandangan kota palu sangat indah dan terbuka, namun jika tidak berawan,
karena apabila mulai sore hari biasanya bagian puncak gawalise tertutup oleh
awan. Dari sini sangatlah indah jika kita berfoto berlatar pemandangan kota
palu yang indah.
Dari sini kita tinggal selangkah lagi menuju puncak gawalise. Kami
hanya sebentar menikmati pemandangan disini karena harus melanjutkan menuju
puncak, kami menargetkan agar dapat kembali saat masih terang, karena tim tidak
membawa senter. Jalur menuju puncak tetap menanjak namun tidak se ekstrim jalur
sebelumnya. Kondisi jalur melewati hutan rapat yang berlumut dan udara yang
menusuk tulang, kabut menghalangi pandangan kita, namun tenang saja penanda
jalur atau stingline masih cukup jelas terlihat dibeberapa batang pohon.
Setelah berjalan kurang lebih 1.5 jam sampailah kita disebuah tugu, yaitu tugu
tranggulasi yang menandakan tempat tertinggi gunung gawalise.
Puncak gawalise
Pukul
09:15 sampailah kami di puncak Gunung gawalise. Puncak gawalise ditandai dengan
sebuah tugu tranggulasi yang mulai rapuh, walaupun tugu ini terbuat dari beton,
namun kondisi udara yang sangat dingin dan berada pada ketinggian diatas
2000mdpl membuat tugu ini ditumbuhi lumut disebagian sisinya yang membuat tugu
ini semakin indah, walaupun bagian belakang tugu ini telah keropos.
Pada tugu
ini terdapat tulisan “GN. Gawalise 2023 M, Cerpala 98” berarti tugu ini telah
berdiri sejak tahun 1998. Luar biasaa !!
tidak jauh dari tugu terdapat sebuah
penampungan air yang terbuat dari bagian pesawat yang jatuh digunung ini pada 18
Juni 1994 silam. Dengan adanya penampung air ini sangat membantu untuk menambah
persediaan air kita. Air dipenampungan tersebut dipenuhi lumut, dedaunan,
jentik nyamuk namun tetap jernih dan dingin tentunya, untuk meminumnya kami
menyaring menggunakan scraft. Setelah puas menikmati puncak dan sedikit
dokumentasi kami memutuskan untuk segera turun karena kabut mulai menutupi
puncak.
Keterangan
Puncak Gawalise:
-
Titik Koordinat : 0o54’03.12”S 119o46’22.96”E
-
Ketinggian : ± 2023 Mdpl
-
Sumber air : Bak Kecil Penampung air

Pukul
10:05 kami mulai melangkahkan kaki turun, langkah kaki terasa ringan, mungkin
karena perasaan puas dapat mencapai puncak Gunung ini membuat semangat kembali
membara. Tepat pukul 11:20 sampailah kami di pos 3. Ternyata kami telah
ditinggal oleh tim lain yang ternyata telah pulang lebih dulu. Tepat pukul
13:00 kami sampai dipos 2. Dipos ini terlihat jejak teman kami yang masih
basah, kami merasa bahwa mereka tidak begitu jauh didepan kami. Terbukti ketika
kami sampai di Dusun II kalora kami mendapati mereka sementara membersihkan
diri. Setelah sedikit bercerita tentang puncak, barulah mereka sadar bahwa
keputusan mereka untuk tidak lanjut tadi pagi adalah hal bodoh yang pernah
mereka lakukan. Namun, yahh inilah
pendakian, sebuah perjalanan yang tidak hanya sekedar perjalanan namun juga
melatih mental dan fisik menghadapi situasi yang sangat tidak terduga, dimana
watak asli seseorang mingkin akan keluar saat seperti ini, terbukti !! Namun
keluhan mereka segera terhenti ketika Seorang anggota Bernama Indra Berkata
memecah keluhan mereka “sudah, semoga ini tidak menjadi pembeda antara kita,
puncak dan belum puncak hanyalah soal waktu, semoga ini membuat persahabatan
kita semakin kuat. Next time kita muncak lagi. Dan mungkin bulan depan kita
summit ke Nokilalaki”. Seketika senyum merekah dibibir mereka dan langsung
menyetujui ajakan tersebut. Setelah sedikit beristirahat tim akhirnya balik
kembali ke perdos dan menyiapkan diri untuk kembali ke rutinitas masing-masing.
Demikian review pendakian Gunung Gawalise oleh tim Mahasiswa Pendidikan
Olahraga . Keep calm and SALAM LESTARI !!!